Vending Machine dan Pengiritan SDM

Vending Machine

Di Jepang, banyak dijumpai vending machine, yang menjual minuman, snack, tiket kereta, atau tiket masuk objek wisata. Kalau kita sedang jalan-jalan, tidak perlu kuatir kekurangan minuman, karena mesin tersebut tersedia dalam jumlah banyak. Saya lihat selain berada di pertokoan, mesin tersebut ada juga di kompleks perumahan. Mungkin pemiliknya adalah perseorangan. Mirip semacam warung kecil/gerobak kaki lima yang biasa kita temui di perumahan-perumahan di Indonesia.

Saya beberapa kali memanfaatkan keberadaan mesin tersebut, karena kehausan. Hanya sayangnya mesin itu tidak menjual air mineral. Dia hanya menjual minuman yang memakai rasa, mulai dari teh, kopi, susu, coke, atau minuman kesehatan lainnya. Saya sendiri tidak begitu suka minum minuman seperti itu. Saya pikir kenapa air mineral tidak dijual, karena air di Jepang itu bisa langsung diminum. Di beberapa tempat saya lihat ada tanda bahwa air di kran bisa langsung diminum. Meskipun begitu, saya biasanya merebus terlebih dahulu air kran tersebut, baru meminumnya. Rasanya kurang afdhol kalau minum air mentah.

Harga minuman di vending machine sama saja dengan harga di mini market atau super market, malah terkadang lebih murah atau lebih mahal. Tergantung daerah juga. Harga minuman kaleng di Jepang sekitar 3x lipat harga minuman kelang di Indonesia. Misalnya Coca Cola Kelang, di Indonesia sekitar Rp 4.000, di Jepang sekitar 110 yen, setara dengan Rp 11.000. Lumayan mahal juga ya…tapi kalau namanya kebutuhan, sudah haus banget, masak sih mau menyiksa diri.

Pada suatu ketika, di tempat pelatihan, ada teman yang membeli coca cola, tetapi yang keluar minuman lain. Tentunya yang bersangkutan kaget, kemudian cerita kepada pemandu training. Pemandu training kemudian meneruskan komplain tersebut kepada pengelola vending machine, dan teman tadi mendapat pengembalian sejumlah uang, karena harganya berbeda. Meskipun namanya mesin, tetap saja bias salah ya.

Ada juga vending machine yang digunakan di warung makan. Jadi di vending machine itu ada sederet menu dan harganya. Jika kita ingin makan di sana, kita masukkan koin dan kita akan mendapatkan tanda bukti pembayaran. Tanda ini kemudian diserahkan kepada karyawan warung, dan si karyawan akan memberikan makanan yang kita pesan. Bisa hemat 1 orang tenaga kasir, dan mungkin juga untuk menghindari penggelapan uang oleh karyawan terkait. Di lihat dari sisi SDM, pemakain SDM di Jepang memang sangat ngirit. Di warung makan itu hanya ada dua pelayan saja. Yang satu bertugas memasak, satu lagi bertugas menerima pesanan. Jika dibandingkan dengan warung yang sama di Indonesia, di Indonesia lebih boros SDM. Saat di bandara Sukarno Hatta, saya dan anak menyempatkan diri makan di suatu counter cepat saji. Karyawannya banyak sekali. Malah banyak yang saling ngobrol tidak karuan. Space yang tersedia untuk karyawan, rasanya sudah sanggup lagi memuat karyawan sebanyak itu. Mungkin saja ini disebabkan gaji SDM di Indonesia jauh lebih murah dibanding di Jepang, sehingga pemilik counter itu sanggup menggaji karyawan sebanyak itu.

Bahkan di hotel tempat kami menginap, sebuah hotel bisnis, berlantai 8, jumlah tenaga cleaning service hanya 2 orang. Hebat banget ya…Bandingkan dengan cleaning service di Indonesia, kadang setiap lantai ada 1-2 orang yang bertugas.

2 thoughts on “Vending Machine dan Pengiritan SDM

  1. hilda widyastuti says:

    kedainya tuh kecil, mirip kedai mie yang ada di film Naruto, bahkan tempat masak juga kelihatan dari tempat pengunjung. Kelihatan saja, bahwa di kedai itu hanya 2 orang.

    Kalau ngobrol sih pasti, menanyakan ttg kehalalan makanan, tapi repot banget, untung waktu itu ada pengunjung lain(orang Jepang) yang bisa bahasa Inggris, jadi kami dibantu ama pengunjung tersebut saat menanyakan kehalalan makanan.

    Like

Leave a comment