La Tahzan Cinta Tak Pernah Menyerah

pemandangan

pemandangan

Diinspirasi dari buku “La Tahzan Cinta Tak Pernah Menyerah, The Real Dezperate Housewives”, pengarang Asma Nadia, dkk

Kemarin kami jalan-jalan ke Gramedia di DC Mall. Mencari buku bagus yang pas untuk dibaca. Pilihan saya jatuh di buku La Tahzan ini. Ayah Nurul memilih buku “The Power of Kepepet”, dan Nurul memilih majalah Winnie The Pooh. Masing-masing beli satu buku. Maunya sih beli buku yang banyak, hanya saja rasanya kurang bijaksana, jika membeli buku banyak dan buku-buku tersebut dibiarkan di rak saja. Sebaiknya beli satu-satu saja, tapi terbaca. Jadi minggu depan ada alasan ke toko buku lagi….Alasan lain sebenarnya saya belum punya pilihan ingin membaca buku apa….

Saya ingin bercerita tentang buku La Tahzan ini. Buku ini berisi kumpulan cerita dari para istri dan juga mertua. Ceritanya ada yang seru, ada yang sedih, tapi rata-rata sih sedih, karena bercerita tentang problem yang mereka hadapi dan bagaimana mereka menghadapinya. Misalnya cerita tentang bagaimana seorang ibu menghadapi sifat yang berbeda antara dia dan suaminya. Sifatnya bagai bumi dan langit, yang sering kali memicu perselisihan, jika tidak dihadapi dengan lapang dada.

Ada juga yang bercerita tentang suami yang tidak care, mertua yang egois dan minta selalu diperhatikan, atau masyarakat sekitar yang tidak mau toleran terhadap penderitaan seorang ibu hamil. Jadi ceritanya si ibu hamil, dan harus sering ke dokter karena Hbnya di bawah ambang normal. Oleh dokter dia disarankan untuk rawat inap. Hanya saja dia tidak bisa, karena dia harus merawat kedua anaknya, merawat ibu mertua, dan juga suaminya. Dan walaupun kondisi dia lemah, hanya saja suami dan mertuanya tidak mau tahu dan selalu menuntut agar dia selalu melayani keduanya. Hm….saya merasa sedih sekali dengan cerita ini. Apakah cerita sesedih ini adalah kenyataan? Bisa jadi emang kenyataan, karena banyak sekali kejadian yang menyebabkan seorang perempuan menderita karena perkawinan.

Ada banyak cerita-cerita lainnya, yang dapat dijadikan sebagai hikmah, bahwa kita seharusnya menjalani hidup dengan bersyukur dan jangan putus asa. Ini buku yang hebat dan layak dibaca oleh siapapun…supaya bisa menjadi semakin menghargai nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita.

Setelah membaca buku La Tahzan ini, saya ingat pada suatu hari di kantor polisi di Batu Ampar. Ceritanya saya kena jambret, dan melaporkan kejadian ini kepada polisi. Di sana saya jumpai seorang ibu dalam keadaan babak belur, karena dipukuli suaminya. Kasihan sekali ya. Saya merinding melihatnya dan melupakan sejenak bahwa saya juga baru saja mendapat musibah.

Saya sering sekali membaca di koran Batam Pos atau Tribun, tentang ibu-ibu korban KDRT, yang melaporkan kekerasan suaminya kepada polisi. Dalam hal ini saya sepakat dan salut dengan para ibu itu. Tidak banyak istri yang punya nyali untuk melaporkan suami kepada polisi. Mereka hanya memendam sendiri penderitaan itu, bahkan kadang menutupinya dari teman, tetangga dan keluarga.

7 thoughts on “La Tahzan Cinta Tak Pernah Menyerah

Leave a comment