Gak menyangka kalau aku masih betah di Bandung. Tadinya menyangka, akan merasa bosan di sini seperti saat kos saat pelatihan bahasa beberapa tahun yang lalu. Ternyata membawa keluarga pindah ke sini, menyewa rumah, bukan kos, yang spacenya lebih besar, peralatan lebih lengkap, membuat kita merasa at home juga. Kebetulan kami menyewa rumah di kawasan pemukiman biasa, di daerah yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Jadi merasakan suasana yang berbeda dan tidak membosankan. Berikut perbandingan antara Bandung dan Batam.
1. Di Bandung, harga bahan makanan lebih murah terutama lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan. Harga makanan matang juga jauh lebih murah di sini. Efeknya pengeluaran berjalan lebih lambat dibanding di Batam.
2. Di Bandung orangnya ramah dan baik hati. Ceritanya siang itu, kami habis belanja terus ngebakso. Saat mau pulang menuju parkiran, tiba-tiba terasa dompet di sakuku hilang. Jantungku langsung deg gitu. Tiba-tiba ada seorang cowok memanggil aku sambil nyerahin dompetku. Katanya tadi dompetnya jatuh. Alhamdulilah…
3. Di Bandung makanannya enak-enak dan banyak banget yang jualan. Sepanjang jalan yang biasa kulalui saat mengantar anak sekolah, dijumpai banyak sekali orang jualan, ada bakso, siomay, martabak, Thai tea, chocolate changer, jus, gorengan, es krim cincau, salad buah, ayam goreng, dll. Untung aku tahu diri, kebanyakan jajan ntar kebanyakan mengkonsumsi karbo dan juga banyak pengeluaran. Sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukit. Kami biasa beli buah-buahan yang sedang musim di warung sebelah.
4. Di Bandung dda tukang jualan sayur dan lauk mentah. Yang ini jadwalnya sudah fix juga, sekitar jam 06.30 s.d. jam 07.00. Jadi kalau mau ngapelin si bapak tukang sayur, jangan bangun kesiangan. Di Batam juga ada tukang sayur, tapi karena tempat tinggal kami tidak dilewati tukang sayur, kami biasanya nyetok sayur dan ikan di kulkas. Sebagai temporary resident, kami tidak terlalu membutuhkan kulkas.
5. Di Bandung jarang menjumpai orang jualan ikan segar di pasar, beda dengan di Batam, yang banyak sekali ragamnya
6. Di Bandung penduduknya padat sekali, rumah berdempetan, jalanan kecil. Keluar gang, kita akan menjumpai jalanan besar padat dipenuhi motor, angkot, dan mobil pribadi. Mau menyeberang saja sering takut. Aku biasanya pakai fasilitas zebra cross di perempatan jalan, supaya lebih aman saat menyeberang. Kalau naik mobil, kami biasa pakai Google Map. Aku dapat tugas jadi navigator. Baru sebentar sudah belok, ke kanan, ke kiri. Jadi gak bisa nyambi baca WA atau main FB.
7. Di Bandung angkot cenderung sepi, karena harus bersaing dengan Gojek dan Grab. Kadang sendirian saja naik angkot. Ini tidak menyenangkan, karena sopirnya sering ngetem, jadi lama sampai ke kampus. Padahal sudah buru-buru. Jadi aku sering mendoakan sopir angkot supaya banyak penumpangnya. Sama-sama untung kan. Tapi mereka kalau nyetir sering ngebut dan gak smooth, kayak orang baru belajar nyetir gitu. Kadang sering takut kalau kecelakaan. Jadinya banyak-banyak dzikir gitu di dalam angkot. Perjalanan naik angkot ini juga lama, jadi bisa sambil main HP.
8.Di Bandung rumahnya bagus-bagus sehingga enak dilihat. Si bungsu yang calon arsitek dan seniman senang melihat-lihat rumah-rumah yang bagus tersebut
9. Di Bandung banyak event-event dan tempat wisata yang bisa dikunjungi
10. Di Bandung jalanan sering macet. Beda sekali dengan di Batam yang lancar jaya.