Etika Berlalu Lintas

Lalu lintas di kota Batam sangat mengerikan. Semrawut sekali. Sering sekali dijumpai angkutan kota berhenti di persimpangan jalan, dekat lampu merah. Emang sih, ada kemungkinan penumpang memang ingin berhenti di daerah tersebut. Tapi jika dipikir-pikir, dengan berhentinya angkutan di sana, maka lalu lintas menjadi macet, sehingga bukan hal aneh, jika melihat kendaraan antri pada saat lampu sedang hijau, dan seharusnya antrian tersebut segera melintasi persimpangan, karena sebentar lagi kendaraan dari sisi lainnya juga akan menyeberang. Padahal jika dilihat sebenarnya tidak jauh dari sana, sekitar 100 m, sudah disediakan halte. Kenapa ya angkutan tersebut tidak memberhentikan kendaraan di halte. Atau kenapa ya penumpang tidak meminta sopir bahwa dia akan turun di halte. Malah turun di persimpangan, sehingga mengganggu lalu lintas?

Etikanya payah banget….Padahal jika orang Batam sedang ke Singapura, mereka juga bisa tertib. Mungkin orang Batam yang pergi ke Singapura itu bukan para sopir angkot kali ya….Lagian kalau mereka tidak tertib di jalanan di Singapura, pasti akan jadi tontonan orang. Kalau di Batam, orang tertib yang jadi tontonan.

Etika yang payah ini akan terasa menyebalkan jika ada anggota keluarga kita yang menderita karena kecelakaan lalu lintas. Bagaimana rasanya jika anggota keluarga kita itu tertabrak kendaran umum, kemudian menjadi korban tabrak lari, kendaraan rusak parah, tubuh terluka, apalagi sampai meninggal dunia.

Menurut saya, polisi, sebagai pengatur lalu lintas, seharusnya bertindak tegas, disiplin, dan galak. Jika memang ada pelanggaran, langsung saja ditindak dan dihukum, sehingga peraturan yang ada bisa ditegakkan.